Bagaimana Aku Melukiskan Pemandangan di Pantaimu, Kekasih?

i:

aku lebur. dalam nyala ganggang laut kepulangan di debur
api menari-nari di atas kayu bakar di atas tungku perapian
meletupkan ingatan-ingatan kecil ikan yang berenang ke
tepian ketika kaki kau malu-malu mencintai pasir memanggil
ombak menanti geladak yang sebulan lebih tak kembali.


ii:

aku unggun menyalakan kepedihan dari matamu yang arang

kepulangan tak pernah kau harapkan sebab ia
adalah melankolia burung camar yang hinggap di sebuah kamar
lewat lubang pintu yang lupa kau sumpal dengan sandal
menyisakan kaki-kakimu yang telanjang, memancing kerang agar
terdampar di pasir-pasir yang tertampar

sementara, aku yang unggun adalah camar yang dulu singgah
di kamar yang sama. ketika kau bercermin di salah satu jendela

dan ia tak bisa menampilkan wajahmu seutuhnya.


iii:

seandainya bulan bisa tenggelam di garis laut
seperti matahari yang terbenam (membenamkan rasa takut)
aku
tiba-tiba akan jadi sepeda
yang dengan berat kau kayuh
melewati jejak malam yang rapuh

aku sungguh tidak mau
menjadi anjing kecil
yang pura-puranya setia
mengikutimu bersenandung

lagu hujan

dengan gonggong purba yang tak pernah tahu
sepeda adalah makhluk yang lahir dari matamu


iv:

aku bayangkan ada pisang kuning matang tumbuh
menggantikan batang-batang kelapa yang rubuh

tetapi pisang tak bisa berenang, membawa pesan untuk gadis
di pulau seberang yang mungkin sedang menenun kerinduan

aku tiba-tiba tubuh yang kehilangan ruh
tatkala bibirmu mengecupku dengan napas yang penuh;

gadis di pulau sana, sedang menenun kelapa
merajut rupa-rupa malam yang kukirimkan kepadamu

(2010)

Comments

Popular Posts