Sonnet Lain Dari Gugur Daun Di Kedua Telapak Tanganku

Apa yang hendak kau genang di kedua belah telapak tangan
Selain semacam airmata kenangan dari cinta yang tak biasa?
Cicak, buaya, kau memilih berada di pihak mana? Aku memilih
Jadi kunang-kunang saja yang pura-puranya lampu
Memberi harapan pada kerlap-kerlip aku.
Tapi kau memilih jadi kupu-kupu, pilihan lain yang bersembunyi
Di balik gugur daun bulan Juni, sehingga aku benar-benar harus
Mencari mana kau mana daun ketapang di ranting itu yang dulu
Pernah kita tandatangani, seolah-olah baru saja proklamasi kebebasan
mencintai antara kau yang kupu-kupu dan aku yang kunang-kunang.
Jadi, apa yang kau tangkupkan di kedua belah telapak tangan kau itu
Seolah segalanya harus tampak malu-malu dan rahasia
Padahal, tidakkah kau tahu, seluruh dunia tengah memperhatikan kau,
aku, dan tingkah kita yang makin jauh dari kunang-kunang dan kupu-kupu.

Comments

Anonymous said…
(buayadayat)
cicak dan buaya, analogi yg mengingatkanku akan konflik kpk dan polri, di akhir ada semacam introspeksi dari kunang dan kupu.. apakah kalian menjelma jadi cicak dan buaya.. :)
@dewikhami said…
berhubung sekarang Pring sudah sering pentas, gimana kalo dipikirin juga kreativitas "musikalisasi" puisinya di depan umum?
misalnya dari puisi ini, kostumnya mesti gimana, cara bacanya mesti gimana, ending, feelingnya gimana :)

salams.