Delapan Jurus Citraan Sapardi

Citraan atau imagery adalah salah satu pembangun struktur fisik puisi bersama diksi, majas atau gaya bahasa dan persajakan bunyi. Bagaimanakah seharusnya citraan itu dibangun oleh penyair?

Apakah peran dari pencitraan itu bagi puisi? Sapardi Djoko Damono ada menulis telaah atas sajak Acep Zamzam Noor. Judul telaah yang dirangkum dalam buku "Sihir Rendra: Permainan Makna" itu adalah "Pedusunan Acep". Saya menyarikan sejumlah butir dari telaah itu, yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan di atas.

1. Citraan (imagery) adalah alat utama penyair dalam mengungkapkan pengalaman batinnya, alat itu tidak bisa dipisahkan dari dunia yang sangat dikenalnya.

2. Penyair harus menjaga kejujurannya ketika mengungkapkan pengalamannya dan bagaimana cara dia mengungkapkan pengalaman itu.

3 .Sebagai tukang yang berurusan dengan kata, penyair harus menguasai sepenuhnya seluk-beluk penggunaan alatnya.

4. Yang harus diperhatikan oleh penyair adalah penguasaan alat, bukan kecenderungan umum yang mungkin sedang berlaku di dunia pertukangan itu.

5. Jika penyair memaksakan penggunaan alat yang tidak dikuasainya dengan baik, cara pengungkatapn dalam puisinya pasti terasa dibuat-buat dan dengan demikian pengalaman yang diungkapkannya juga terasa dangkal.

6. Setiap sajak, tentu saja, adalah percobaan; penyair bisa saja membuat percobaan dengan menggunakan alat yang sama dengan intensitas yang semakin meningkat.

7. Ia juga bisa mencoba alat lain dalam percobaannya itu, dengan konsekuensi harus mampu menguasai alatnya yang baru itu dengan baik.

8. Perjuangan menguasa alat itu bisa merupakan perjuangan yang mungkin saja menghabiskan umur seseorang sebelum kelihatan hasilnya, sebab dalam hal ini penguasaan alat sama sekali tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan hidup seseorang.[]


* Disarikan dari "Pedususan Acep" dalam buku "Sihir Rendra: Permainan Makna", Pustaka Firdaus, 1999.
(Dari Note Hasan Aspahani)

Comments