Ventriloquist
Kalaulah suatu saat nanti aku benar-benar akan mati, aku akan berikan semua hal yang aku miliki kepadamu. Mulai dari boneka-boneka lusuh yang dulu kita anggap lucu sampai ke jantungku yang tentu akan kutransplantasikan kepadamu. Biar semua aku akan menjadi kau. Biar janjimu untuk tidak melupakanku akan benar-benar kau penuhi.
Setidaknya, itulah yang ada di pikiranku saat ini, di saat aku menunggumu yang katanya akan datang pukul satu siang ini. Tetapi, jangankan batang hidungmu, belum satu pun pesan singkatmu masuk ke telepon genggamku untuk sekadar mengucapkan kata maaf telah membuatku menunggumu.
“Bagaimana Ra, apa kita bisa bertemu besok?” Itulah yang kau katakan kemarin saat ingin membuat janji denganku. Lagi-lagi janjimu ini tak kau penuhi dengan baik.
Hari makin panas saja. Seorang teman pernah berkata ini akibat pemanasan global. Efek rumah kaca. Terlalu banyak karbon yang terkurung di dalam atmosfer. Dan karbon itu kemudian akan mengurung panas. Aku diam saja mendengarkan penjelasannya yang berapi-api. Maklum, dia salah satu aktivis hijau yang menyosialisasikan program-program penghijauan seperti penanaman pohon dan pengurangan emisi untuk menggunakan energi sehemat-hematnya. Aku pernah diajaknya untuk ikut serta, tetapi aku cenderung malas dan tidak peduli pada hal-hal seperti ini. Tidak sengaja pula pernah kubaca, bahwa isu pemanasan global cuma konspirasi dari Algore dan kroni-kroninya. Bahwa sebenarnya CRU telah memanipulasi data untuk menutup-nutupi fakta bahwa pada nyatanya bumi justru tengah mengalami pendinginan global! Pernah kuungkapkan hal ini kepadanya, tetapi dia malah mencibirkan bibirnya yang memang sudah lebih itu. Hihi… aku malah tersenyum-senyum sendiri kalau ingat ekspresinya itu.
Pukul dua lebih. Kau masih belum datang juga.
Bersambung di koran cetak (semoga)
Setidaknya, itulah yang ada di pikiranku saat ini, di saat aku menunggumu yang katanya akan datang pukul satu siang ini. Tetapi, jangankan batang hidungmu, belum satu pun pesan singkatmu masuk ke telepon genggamku untuk sekadar mengucapkan kata maaf telah membuatku menunggumu.
“Bagaimana Ra, apa kita bisa bertemu besok?” Itulah yang kau katakan kemarin saat ingin membuat janji denganku. Lagi-lagi janjimu ini tak kau penuhi dengan baik.
Hari makin panas saja. Seorang teman pernah berkata ini akibat pemanasan global. Efek rumah kaca. Terlalu banyak karbon yang terkurung di dalam atmosfer. Dan karbon itu kemudian akan mengurung panas. Aku diam saja mendengarkan penjelasannya yang berapi-api. Maklum, dia salah satu aktivis hijau yang menyosialisasikan program-program penghijauan seperti penanaman pohon dan pengurangan emisi untuk menggunakan energi sehemat-hematnya. Aku pernah diajaknya untuk ikut serta, tetapi aku cenderung malas dan tidak peduli pada hal-hal seperti ini. Tidak sengaja pula pernah kubaca, bahwa isu pemanasan global cuma konspirasi dari Algore dan kroni-kroninya. Bahwa sebenarnya CRU telah memanipulasi data untuk menutup-nutupi fakta bahwa pada nyatanya bumi justru tengah mengalami pendinginan global! Pernah kuungkapkan hal ini kepadanya, tetapi dia malah mencibirkan bibirnya yang memang sudah lebih itu. Hihi… aku malah tersenyum-senyum sendiri kalau ingat ekspresinya itu.
Pukul dua lebih. Kau masih belum datang juga.
Bersambung di koran cetak (semoga)
Comments