Kau, Aku, dan Kota Ini

di kota ini, Tuan

seribu kunang-kunang di Manhattan
yang pernah kau ceritakan, saat
aku masih mengemut sejuta anyaman
dari rotan yang diam-diam
kami sembunyikan di pepatah,
telah kutangkapi satu satu
dan kugantungkan di lampu-lampu taman
sebagai penerang malam yang kesepian

jadi mungkin saja suatu malam
kalau kau bosan di kuburmu, kau akan
menyaksikan perempuan (dan laki-laki)
bercumbu memagut malam, dan
meredupkan bintang-bintang yang
sebelumnya kau benci

*

di kota ini, Tuan

para priyayi sudah tak pandai mengaji
sudah tak pandai mengayomi gula-gula
mimpi yang pernah kau emut di kecup
keningmu yang manis

jadi mungkin saja suatu hari
kalau kau rindu televisi, kau akan saksikan
mereka di barisan supporter sepakbola atau
ikut berjoget dangdut ria yang tak lagi
dinyanyikan dengan irama (kecuali dengan
goyangan yang tak pernah kau saksikan
sebelumnya)

Comments

one thousand said…
Bar moco tulisane umar kayam. Mangan gak mangan kumpul tapi laper jg kalo kumpul saja tdk makan. Akhirnya kumpulan itu bisa buyar cari makan...