Seorang Murid Yang Juling Satu
SELALU saja terhenti di angka dua sembilan
setiap ia maju di depan kelas, membacakan
angka-angka kematian
BAJUNYA putih, walau tak pernah dicuci
matanya juling yang satu, menoleh ke kiri
meratapi nasibnya sendiri (sebagai anak tiri)
PADAHAL ini hari SABTU, sebelum minggu yang
begitu ia kenang, melagukan kidung-kidung agung
dalam orkestra para pemenang
"Baju PRA MUKAMU mana?" bisik guru yang begitu
hobi membawa gundu, lalu menggaris tiga segi
di lantai yang sudah gontai
"DIBAWA Ibu," jawabnya lesu
IBUnya yang tiri itu suka sekali mengoleksi
kartu telepon genggam meski cuma satu
miliknya yang putih juga warnanya
IA bawa kemana-mana dengan sejumlah nomor
dan jenis kartunya yang kesemuanya berlabel
PRA BAYAR, biar tak teralu buyar
pikirannya buat beli pulsa yang bermilyar-milyar
"Ibumu ke mana?" si guru nampak tak sabar.
ia pun berhenti mengajar sejarah barbar tentang
gundu yang ia tebar
"Ibu???
Ke udara, ke suara
ke langit-langit tanpa rupa, tanpa wicara,"
jawab ia sambil menggambar lingkaran spiral
yang begitu ia kenal
HILANGLAH sabar sang guru, dilemparnya berbutir
gundu ke arah matanya yang juling satu
lalu ia hitung satu-satu.
setiap ia maju di depan kelas, membacakan
angka-angka kematian
BAJUNYA putih, walau tak pernah dicuci
matanya juling yang satu, menoleh ke kiri
meratapi nasibnya sendiri (sebagai anak tiri)
PADAHAL ini hari SABTU, sebelum minggu yang
begitu ia kenang, melagukan kidung-kidung agung
dalam orkestra para pemenang
"Baju PRA MUKAMU mana?" bisik guru yang begitu
hobi membawa gundu, lalu menggaris tiga segi
di lantai yang sudah gontai
"DIBAWA Ibu," jawabnya lesu
IBUnya yang tiri itu suka sekali mengoleksi
kartu telepon genggam meski cuma satu
miliknya yang putih juga warnanya
IA bawa kemana-mana dengan sejumlah nomor
dan jenis kartunya yang kesemuanya berlabel
PRA BAYAR, biar tak teralu buyar
pikirannya buat beli pulsa yang bermilyar-milyar
"Ibumu ke mana?" si guru nampak tak sabar.
ia pun berhenti mengajar sejarah barbar tentang
gundu yang ia tebar
"Ibu???
Ke udara, ke suara
ke langit-langit tanpa rupa, tanpa wicara,"
jawab ia sambil menggambar lingkaran spiral
yang begitu ia kenal
HILANGLAH sabar sang guru, dilemparnya berbutir
gundu ke arah matanya yang juling satu
lalu ia hitung satu-satu.
Comments