Yang Teringat dari 24 April

Cinta Pertama

Takdir kita ditulis, sejak kau angkat teleponku, "Halo, kau
adalah cinta pertamaku, apa kau mau jadi cinta terakhirku?"

Tapi diam tak pernah menjadi bahasa terbaik bagi kita
untuk membincangkan angan-angan yang cenderung rapuh
Sebuah pijakan lemah anak lelaki kurus saja akan mudah
mematahkannya dan waktu yang tak pernah bosan
menjadi peneman perjalanan akhirnya juga ikut menyerah.

Tuhan kemudian membeli penghapus di toko seberang
Aku tahu toko itu tak punya uang kecil buat kembalian
dan memberi dua bungkus permen, rasa paling kecut.

Dua permen itu juga kutemukan di depan pintu kamar, bersama
kata maaf dari Tuhan, karena memberi kita kado perpisahan.


Anggi

Seorang pembawa pesan sepertimu tidak mungkin lupa
alamat yang menjadi tujuan

Seorang pembawa pesan sepertimu tidak mungkin ingat
seorang lelaki yang menunggu pesan itu


Bioskop

Kencan pertama kita di bioskop, kau datang terlambat
Alasanmu hanya satu kalimat, "Maaf, barusan malaikat
mengadakan rapat di sepanjang jembatan Ampera."

Film belum dimulai, kita masuk, duduk, dan tidak saling
menatap. Aku pikir aku kurang cakap, menyusun kata
yang lebih menarik dari kegelapan. Kau mungkin pikir
hatiku yang kurang mantap dan tidak siap menerima cahaya
yang sedikit, dan bisik-bisik kemustahilan mengungkit
tiga tahun cinta tanpa pengakuan.

Aku tak pernah peduli film apa yang kita tonton hari itu
Aku hanya peduli pada detak jantungku dan detak jantungmu
yang coba kudengar dengan segenap pendengaranku.



Perpisahan

Segala hal tidak bisa bertahan sama dalam waktu yang lama.
Biskuit dan roti, susu kaleng dan mie instan juga punya masa
kadaluwarsa. Mungkin cinta juga.

Tapi burung-burung yang biasa menghilang dari pagi di Jakarta
hari itu masuk ke kamar, lewat lubang angin di atas jendela

Sepasang burung gereja menusukku dengan pandangannya
Sepasang burung gereja menyakitiku dengan kesetiaannya


(2014)

Comments