Undangan

datanglah, datang. pintu gerbang
sengaja kubiarkan terbuka
pelancong yang lelah karena perjalanan
akan duduk mencari angin
debu-debu yang lengket di tubuhnya
rontok, meminta dimakamkan
dijauhkan dirinya dari api karena
cahaya dan panas adalah pilihan
aku hidangkan secangkir nanah
yang disuling seperti air laut
tak ada lagi rasa luka, karena madu
dan susu telah menjadi perbincangan
sesuatu milikmu yang tertinggal
masih kusimpan di dalam dada
khawatir bila para kolektor mencurinya
dan menganggapnya sebagai antik

undangan ini tidak tertulis di selembar kertas
apalagi menyertakan alamat kediaman
biarlah, biar. aku dan semua hingar
yang kini kenangan
menunggumu
atau sebenarnya telah menunggumu
seolah-olah selamanya

Comments