Kalaulah putih tak pantas untukmu, lantas kemana Harus kucari kafan ungu di hari kematianmu?

Jejak-jejak pasir dan jam dinding kita adalah laut
Yang tiba-tiba seperti hendak merebut setiap kenangan
Dari seraut wajah yang kau goreskan di atas kanvas itu

Apalah aku, di lubang dua kali satu itu, ketika kau (dan aku)
Tiba-tiba berpikir hendak menjadi ulat, menjadi belatung
Daripada hidup terkatung-katung dan saling meninggalkan

Tapi di sebuah kalender yang kau letakkan di atas tempat tidur
Kau, tertanggal sebuah angka, seperti bentuk jam dinding
Yang sering kau tanyakan padaku: tentang detik ke berapa

Aku hendak mencuri sepasang rindu dari sepasang dada kau.

Comments