Sajak Februari

di bibirku, februari masih kota yang raib tiba-tiba. gedung-gedung yang dulu menjulang tinggi
menyimpan rahasia dari kamar-kamar kosong yang bau, tiang-tiang listrik, monumen-monumen
dan obelisk emas di tengah taman itu. seperti seorang gadis yang duduk menunggu sampai
daun-daun berbisik membicarakan rindu dari matanya yang syahdu sebelum hilang ditelan malam.

di bibirku, februari masih surat yang terbang dibawa angin. belum sempat kutuliskan kata cinta
dan kata-kata lain yang sempat tersangkut di ban sepeda saat kita kebut-kebutan di masa kecil.

di bibirku, februari masih kamu. duduk di kursi roda sambil membayangkan cinta adalah cokelat
dan puisi lain yang diam-diam kusembunyikan di bibirku yang lain

bibir yang rindu pada peluk kemarau dan nyanyian burung kutilang itu.

Comments

Popular Posts