50 Besar Puisi Tulis Nusantara: Tafsir Pulau Kemaro



Tafsir Pulau Kemaro

i
aku akan rela bila harus tenggelam dalam cuka. kuah hitam
pekat dan kental lebih asam dari kehidupan

satu pipi kanan yang dihadiahi tamparan, ingin sekali dapat
membalas. tapi kau malah memberi pipi kiri. itu perbandingan
2:1 dalam adonan. biar lebih gurih, mengapung bila matang—
luka yang lahir karena cipratan minyak panas
tidak lagi lepuh dan perih

mengingatmu saat-saat itu, yang bersemangat berburu
bulan tahun kabisat—suara burung pungguk
yang genit melihat perawan, itu pastilah lelaki tan bun ann
yang tak sabaran, melihat delapan guci emas
hanya berisi banyak kecemasan

bahkan gundukan tanah yang tumbuh
akibat terkuburnya cinta sepasang kekasih
adalah alasan yang cukup untuk menumbuhkan pohon lain
yang berumur ribuan abad,
yang daunnya rindang, berbuah lebat

pada itu, di atas sebuah rakit, aku akan rela
bila harus tenggelam dalam sungai sakit yang sama

—bahkan cuka

ii
seekor kilin tak akan berani mendekat
rumahmu yang dicat merah, berbau amis darah

aku tidak tahu apa yang diangkut kue keranjang
barangkali butir pasir di pesisir sungai yang terkuras
membuat musi semakin dangkal

lalu penyeberanganmu di dalam gelombang
hanya bisa kuikuti dari sisi talud rumah limas
tanpa pernah tahu mana ujung mana pangkal

maka ingin kunamakan aliran itu sebagai kita
yang bertemu hanya demi mengenali cara berpisah

iii
ketika kukunjungi jejakmu satu per satu
tahun-tahun ganjil berbalik mengunjungiku malam demi malam
mimpi panjang tentang api dan pecahan kaca
berserakan, melukai telapak kaki

irisan sawi yang mengambang di sungai musi
tidak kunjung terkenal sebagai kimchi

aku tak mengerti, bila nanti seseorang menggelar sajadah
di jendela atau di depan pintu rumah
berbondong-bondong orang datang tapi tak ada satu pun
yang mengetuk pintu dan bertanya:

apakah pohon beringin di pulau kemaro itu
benar-benar akan tumbuh selamanya?

(2013)


Catatan:
Pulau Kemaro, merupakan sebuah Delta kecil di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera. Menurut legenda setempat, pada zaman dahulu, seorang putri Palembang dikirim untuk menikah dengan seorang anak raja dari Cina. Sang putri meminta 9 guci emas sebagai mas kawinnya. Untuk menghindari bajak laut maka guci-guci emas tersebut ditutup sayuran dan ketika sang anak raja membukanya dilihatnya sampai guci ke-8 hanya berisi sayuran maka guci-guci tersebut dibuangnya ke sungai. Rasa kecewa dan menyesal membuat sang anak raja memutuskan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam. Sang putri pun ikut menerjunkan diri ke sungai dan juga tenggelam. Di tempat tersebut, muncul gundukan tanah yang menjadi pulau Kemaro saat ini.

Comments