10 Besar SPE Award: Kepada Fariishta



Kepada Fariishta

i

berdirilah, di tengah-tengah kerumunan itu, aku akan
menulis maret 2012 sebagai cara mengingat
hari selamat bakda bandung lautan api

siapa tahu, kita akan bertemu di cuaca yang menelantarkan
cinta dan berjalan, meski berdesakan
di antara ribuan orang yang bicarakan maut

lalu sepi, sambil belajar menerjemahkan bahasa lumut
tumbuhan perintis di pintu besi, dengan karat-karat-korosi

aku akan sangat gagal bila harus menjadi guru hidup
hatiku yang penuh tambal bisa jadi bunga kuncup selamanya

memandangimu saja, mengawasimu saja
dari lantai empat puluh, gedung pencakar tuhan
kau bebas memilih terus berdiri, duduk atau teruskan pencarian

setiap langkah adalah tamasya, mengunjungi lagi
masa lalu, menjelajahi dada ibu: sebuah pintu lain
ke surga. sebuah cara lain ke bahagia

lalu menangislah, di bibir pantai.
kau akan mulai belajar, menggarami lautan dengan air mata;


ii.

seorang perempuan dengan busur tanduk kerbau
tidak mungkin menjadi seorang nabi

tapi kenabian bisa milik kita sendiri, untuk kita sendiri

tuhan yang akan menumbuhkan sepasang sayap
dari tulang-tulang belikat seperti dulu tuhan
menciptakan perempuan dari tulang rusuk palsu

kau entah, akan mencari laki-laki yang kehilangan
kepalsuannya, dan aku masih terus mengamati
dari lantai empat puluh, gedung pencakar tuhan

sebelum mungkin turun, lewat tangga, lift,
atau melompat, layaknya seorang penerjun

tapi tak ada parasut, tak juga ada maut

di saat itulah, aku yang akan menangis selamanya
entah untuk bertanya,
kenapa tuhan menciptakan bahagia?

(Oktober, 2013)

Comments