Mantra Leviosa
Berucaplah, “Wingardium Leviosa!” Dan benda-benda
akan melayang di udara, mengabaikan gravitasi.
Kau mencari kepala, “Seratus dua puluh delapan lagi…”
Tapi, lampu mati, kemudian kami tidak mengenali beda
kelapa dan kepala. Di malam-malam seperti ini, biasanya
banyak suara jangkrik. Seseorang yang bernyanyi, kukira
Presiden. Bila saja di radio, akan kumatikan.
Belum juga Kau tarik mantra itu, kantuk menyerang
kelopak, bunga di taman belum mekar, dan dadaku tak jua
berhenti berdebar, mengingat ciuman kemarin terekam
beredar di laman-laman maya;
Seorang anak kecil terkutuki mantramu, melayang ia
berenang-renang dan berucap ingin jadi presiden juga.
“Sebaiknya sedari sekarang kamu belajar memegang
pelantang,” Dan semalaman akhirnya kami mengajarinya
sebelum Tuhan di atas sana tengah sibuk menceramahi
Newton atas kegagalan hukum pertamanya.
akan melayang di udara, mengabaikan gravitasi.
Kau mencari kepala, “Seratus dua puluh delapan lagi…”
Tapi, lampu mati, kemudian kami tidak mengenali beda
kelapa dan kepala. Di malam-malam seperti ini, biasanya
banyak suara jangkrik. Seseorang yang bernyanyi, kukira
Presiden. Bila saja di radio, akan kumatikan.
Belum juga Kau tarik mantra itu, kantuk menyerang
kelopak, bunga di taman belum mekar, dan dadaku tak jua
berhenti berdebar, mengingat ciuman kemarin terekam
beredar di laman-laman maya;
Seorang anak kecil terkutuki mantramu, melayang ia
berenang-renang dan berucap ingin jadi presiden juga.
“Sebaiknya sedari sekarang kamu belajar memegang
pelantang,” Dan semalaman akhirnya kami mengajarinya
sebelum Tuhan di atas sana tengah sibuk menceramahi
Newton atas kegagalan hukum pertamanya.
Comments