Amfoter

SESUNGGUHNYA, tak ada jadi jadilah
selalu terselip kata 'maka' di tiap
kejadian, di tiap kehidupan

apalagi jadi-jadian, yang terus kau
ucapkan di tiap malam kita bertemu
pada kabut yang pucat menyamarkan
rupa-rupa maskulin atas kulit ari
(kulit ibu bayi yang kami gumpalkan
terus saja tanpa pernah mengakomodir
banyak bahaya)

ini kisah tanpa sebab yang kami
rencakan, kami perhitungkan atau
kami inginkan (bahkan). entah bentuk
dada kami yang bidang, wajah kami
yang jambang, dan betapa banyak
kami pakai kutang untuk sekadar

CANTIK

Tapi penis kami memanjang, saudara
meski tak pernah kami memamerkannya
di udara, di bangun-bangun kota
yang tinggi menjulang

atau BAHKAN di cermin sekalipun.

Maka kami pertanya atas 'maka'
yang ia ceritakan di atas kitab
kejadian: jadi (maka) jadilah itu

salahkah kami atau IA?

Comments