#5BukuDalamHidupku KALKULUS
Adakah buku yang tebalnya melebihi buku-buku kalkulus?
Bahkan Hitler akan mencukur kumisnya dengan buru-buru sejak mula ia membaca halaman depan sebuah buku kalkulus yang diwariskan kakak tingkatnya yang juga warisan dari kakak-kakak tingkatnya. Bukan. Bukan karena ketebalannya yang menyebabkan buku kalkulus abadi, dikenang, diwariskan tujuh turunan dan selalu menempati rak bagian depan di setiap kamar mahasiswa tingkat I. Namun, tahukah kamu fungsi buku kalkulus sejatinya?
Ada banyak hal yang menjadikan kalkulus begitu berkenang di hatiku. Meski, takdir mengatakan, aku harus terdrop out dari Matematika ITB dan selama tiga tahun di tempat perkuliahan baru, tak sekali pun kutemukan pelajaran yang sama. Hanya ada akuntansi dan tetek-asmanya. Keseimbangan antara debit dan kredit sekaligus pertanyaan, jika seseorang memiliki pahala dan dosa yang sama banyaknya, di manakah ia akan ditempatkan? Surga? Neraka? Tetapi, kenyataan paling menyedihkan dalam akuntansi bukanlah hal itu. Melainkan kenyataan bahwa jika sisi debit dan kredit tidak seimbang, itu pasti sebuah kesalahan, dan bila pun terjadi keseimbangan, itu belum tentu sebuah kebenaran. Hal inilah yang menyakitkan karena hidup barangkali juga benar demikian.
Di kelas kalkulus inilah, kali pertama aku melihat Zane. Perempuan atau bidadari, aku tak paham. Dia masuk dari pintu itu, GKU Barat itu, mengenakan baju krem, berkacamata, tas biru dongker yang seakan bisa memuat semesta, di tangannya ada buku kalkulus. Teman, inilah pemandangan paling artistik yang pernah kulihat selama hidupku. Bahkan bila sebuah sepatu menempel di wajah Bush, atau kemben yang dikenakan Julia Perez tiba-tiba melorot di ruang yang sama, pandanganku tak akan bisa teralihkan. Cinta ternyata benar, bisa datang kapan pun, di mana pun, dalam keadaan bagaimana pun tanpa bisa kita tahu.
Dalam tahun-tahun ke depan itu, otomatis, kelas kalkulus adalah salah satu dari sedikit kelas kami bisa bersama. Zane jurusan Fisika. Kelas TPB hanya 1 tahun, tentu aku harus merekam baik-baik setiap waktu keberadaannya.
Tiga orang lain kemudian kukenal dari kalkulus. Tiga orang yang sangat menginspirasiku. Rene Descartes, Leonhard Euler, dan Carl Friedrich Gauss.
Je pense donc je suis. Aku berpikir maka aku ada. Inilah pernyataan beliau yang paling terkenal. Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan pikiran Eropa: (a) pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya yang positif terhadap penjajakan ilmiah; (c) tekanan yang, diletakkannya pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan; (d) pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptis; dan (e) penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi.
Keren kan? Pak Rene ini juga orang yang menemukan koordinat kartesius lho. Hidup kita itu bagai berada pada sebuah titik pada koordinat kartesius itu. Lalu bergerak ke titik yang lain. Membentuk sebuah kurva. Aku juga membayangkan aku dan Zane adalah dua titik yang jauh. Untuk berpindah menuju satu sama lain, diperlukan sebuah energi yang besar. Kau bayangkan, beginilah kira-kira kisah cinta ini dimulai, semua hal yang kukenal di kelas, menjadi tentang dia. Bahkan daun gugur pun tidak hanya daun gugur. Dia bisa gravitasi. Dia bisa apel Newton. Dia bisa jatuh cinta.
Euler. Sebenarnya dia lebih populer ketika hadir di komik QED dengan rumus euler yang dianggap paling misterius dalam jagad matematika. Menelisik aliran filsafat dan kepercayaan Euler pun sangat menarik. Ada satu legenda yang terkenal, terinspirasi dari argumen Euler kepada filsuf duniawi lintas agama, yang berlatar selama tugas kedua Euler di Akademi St. Petersburg. Filsuf Perancis Denis Diderot berkunjung ke Rusia atas undangan Catherine Yang Agung. Sang Permaisuri telah diperingatkan bahwa ateisme yang dibawa filsuf tersebut telah mempengaruhi anggota sidangnya, hingga Euler diminta untuk menghadapi pria Perancis tersebut. Diderot kemudian diberitahu bahwa seorang matematikawan terpelajar telah membuat bukti akan keberadaan Tuhan: dia berkenan untuk menyaksikan bukti tersebut yang dipresentasikan dalam sidang. Diderot, yang menurutnya matematika itu omong kosong (ini jelas tidak benar, karena Diderot sendiri membuat riset dalam matematika), dia mau saja memperhatikan (presentasi bukti tersebut) dengan (pura-pura) tercengang karena (dia tahu bahwa) suara gemuruh tawa akan meledak di persidangan.
Nama dosenku juga Gauss. Gauss terkenal sebagai Pangeran Matematika. Waktu masih SD, gurunya menyuruh menghitung jumlah dari bilangan 1 sampai 100. Dalam hitungan detik, dia bisa menyelesaikan soal tersebut? Mau tahu caranya? Dia membuat dua baris yang saling berpasangan, antara angka 1 dan 100, 2 dan 99, 3 dan 98, dst yang dia tahu jumlahnya bakal ada 50 pasang. Tiap sepasang jumlahnya adalah 101, lalu ia kalikan 50, dan hasilnya 5050. Kalau nggak percaya hitung sendiri sampai keriting ya?
Gauss memberikan beragam kontribusi yang variatif pada bidang matematika. Bidang analisis dan geometri mengandung banyak sekali sumbangan-sumbangan pikiran Gauss, ide geometri non Euclidis ia garap pada 1797. Tahun 1799 menyumbangkan tesis doktornya mengenai Teorema Dasar Aljabar. Pada 1800 berhasil menciptakan metode kuadrat terkecil . Dan pada 1801 berhasil menjawab pertanyaan yang berusia 2000 tahun dengan membuat polygon 17 sisi memakai penggaris dan kompas. Di tahun ini juga menerbitkan Disquisitiones Arithmeticae, sebuah karya klasik tentang teori bilangan yang paling berpengaruh sepanjang masa. Gauss menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Gottingen dan meninggal di sana juga.
Betapa mengagumkannya orang-orang itu sejak usia mudanya. Aku, kamu, apa yang dilakukan ketika muda?
Membayangkan lagi masa-masa belajar kalkulus itu sama saja ingin kembali ke masa muda. Sudah tujuh tahun berlalu sejak saat itu, dan untuk menjawab pertanyaan di kalimat pertama dan kalimat terakhir dari paragraf berikutnya masih sangat rancu.
Adakah buku yang tebalnya melebihi buku-buku kalkulus? Adakah yang tahu fungsi sejatinya buku kalkulus itu?
Tidak salah mungkin, jika aku menjawab, buku kalkulus berfungsi untuk melempar anjing seperti halnya arti kalkulus itu sendiri yakni batu kerikil!
(2013, di ruang rindu)
Comments