Aku Bukan Mahasiswa Matematika

Aku bukan mahasiswa matematika. Jadi aku tak mampu menetukan deret cintaku, deret geometri biasa atau tak hingga? Atau malah deret ukur biasa dengan beda tak lebih satu?

Hei, aku bahkan tak pernah bertemu Rymann yang kau puja. Jadi bagaimana bisa aku belajar 'tuk berintegrasi tepat di hatimu tanpa sedikitpun terdiferensiasi oleh waktu yang kau rumuskan sebagai t pada d?

Dan kali itu, kau ajak aku berdiri di puncak kurva hati, titik stasioner tertinggi untuk mencari sejauh mana maksimum yang kau ingin aku beri bukti. Dan pada tiap jarak langkah yang kau tapakkan sebelum itu, kau berlirih pelan menghitung kemungkinan setiap jejak, yang kuyakin kau kombinasikan dengan harap yang kau prediksi melalu kurva regresi.

Sudah! Lelah hatiku kau hitung serpihnya satu persatu, tepat integer. Aku ingin berhenti di sini. Tidak pada ekuilibrium yang pernah kita - atau tepatnya hanya kau - rencanakan. Camkan kataku, aku bukan makhluk integer atau real seperti nominal-nominal yang biasa kau hitung lugas. Aku manusia, bukan mahasiswa matematika, dan tak mau tersangkut paut olehmu dan olehnya - matematika.

Comments