Antologi Puisi: Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia



Alhamdulillah, puisi-puisi saya terkurasi dalam antologi terbari Kosakatakita ini, bersama 50 penyair lain. Yang membanggakan, sayalah yang termuda di antara penulis-penulis bernama kawakan seperti Acep Zamzam Noor, Joko Pinurbo, dan Eka Budianta. Kabarnya akan hadir di TB Gramedia mulai akhir Januari ini. Salah satu puisi saya yang termaktub di dalamnya:


SUPPER MENU
: zasneda

Kau mengiris bunga kol, meletakkannya di
dalam panci dengan air mendidih.
Udara dingin mulai mengepung kita seperti
pertanyaan yang bertubi-tubi ke KPK:
Misalnya, apakah benar Nazaruddin telah
dicuci otaknya, apakah flashdisk yang
diungkap sama warnanya, apakah Anas
diizinkan berangkat umrah ke Saudi?

Aku pun jadi teringat gigilmu malam kemarin,
menyebut Mama dan keinginan pulang.
Padahal kita tidak berada di pelarian panjang,
perang yang menghabisi kemanusiaan juga
telah usai (dan barangkali kembali dimulai);
tapi hanya suara tumbukan--menu teriyaki
dicampur di seporsi fetuccino, sebutir telur
tambahan lada hitam, bumbu-bumbu lain yang
tak kukenali membuatku mengenali bau,
rasa lapar yang merongrong batas kesabaran.
Itukah dosa besar manusia, tidak mampu
membedakan rasa lapar dan kerakusan?

2011


Biodata Singkat

Pringadi Abdi Surya, dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Terpilih menjadi Duta Bahasa Provinsi Sumatera Selatan 2009. Sekarang bekerja di KPPN Sumbawa Besar. Buku kumpulan cerpennya Dongeng Afrizal (Kayla, 2011) dan buku puisinya berjudul Alusi (Pustaka Pujangga, 2009). Antologi yang memuat namanya di antaranya Kepada Cinta (Gagas Media, 2009), Si Murai dan Orang Gila (KPG, 2010), Empat Amanat Hujan (KPG, 2010), Akulah Musi (PPN V Palembang), Tuah Tara No Ate (Temu Sastrawan Indonesia Tarnate) dan Kitab Radja-Ratoe Alit (KKK, 2011).

Comments

Popular Posts