Karena Kesedihan Tak Pernah Usai
Maka sebuah sapu tangan basah,
Kau melempar kesedihan ke udara.
Seekor burung memangsanya,
mengira ia adalah sebutir biji jagung
milik petani yang gagal tanam.
Aku tak hendak menebak, kemana
ia akan terbang. Sementara langit
betah gabak, sebatang pohon tumbang,
pohon-pohon lain banyak ditebang.
Karena kesedihan tak pernah usai,
air mata meluap, membanjir, mencapai
betis kaki. Kau berenang ke tepi
takut hanyut kemudian dilupakan.
Maka, sebuah sapu tangan basah
menjadi milik matahari yang masih
malu-malu mengatakan
aku cinta padamu;
Seekor burung dan air mata
adalah kita.
Comments