santi, 2008 M

/1/
Santi jadi daging. Dijual saja di pasar seharga babi-babi yang dikebiri. Tak ada kepala di badan. Tak ada kaki di tangan. Semua terbelah. Semua terpisah. Organ-organ: hati, jantung, dan otak diletak satu satu. Seorang bertanya berapa, katanya sudah seharga mobil mewah. Sebab inflasi menaikkan harga seluruh komoditi, termasuk daging. Daging sapi. Daging babi. Daging Santi.

/2/
Sebab itu Santi jadi daging. Santi tidak peduli, saat dia pergi – memutuskan jadi daging, tak ada takdir mengikuti. Santi tidak takut ilusi, tidak takut mati. “Saya bisa jadi mobil,” katanya sebelum dipenggal. Dimutilasi. Dicabuti semua organnya sampai kemaluannya. “Dengan begini saya takkan malu lagi.”

/3/
Tetapi, Santi lupa mencongkel matanya. Memisahkan telinga dari kepalanya. Juga memotong lidahnya yang terlanjur menjulur. Serta hidungnya.

Santi melihat dirinya jadi daging. Mendengar obrolan tentang dagingnya. Bahkan teriak-teriak saat dagingnya sendiri ditawar dengan harga yang lebih murah. Dan membaui dagingnya sendiri yang kian lama kian membusuk. Dikerubungi lalat-lalat. Belatung-belatung. Tangan-tangan jahil yang sesekali mencolek dagingnya sebelum bosan dan meludahinya.

Comments