Memasang Bubu

Memasang bubu di seberang ulu, aku tak kunjung
mendapatkan ibu. Aku tebar jaring di sepanjang sungai komering,
ibu selalu lolos lewat celah sempit seolah pikiran yang tak pernah paham
ibu telah berada dalam makam. Inikah yang kau sebutkan di
makan siang dengan pindang patin terlezat itu, bu? Rasa asam yang
selalu mewakili kebenaran. Dan asin laut yang selalu menggurkan kekalutan,
menjernihkan kekeliruan. Aku di atas perahu, mendayung kehidupanku
sendiri. Kesepian yang sama di tepi-tepi sungai, ibu-ibu yang mencuci
baju dengan getir yang tergurat jelas di wajah. Remaja yang menggosok
gigi dan laki-laki yang tengah menunaikan hajat seperti menunggu
kapan kematian yang jelas ditakdirkan akan merenggut semua
kesepian itu? Tetapi aku yang terlalu riang seolah anak-anak yang
berjumpalitan melompat ke keruh sungai tanpa pernah peduli
bahwa sekitaran limbah terdapat banyak bakteri e-coli. Bahwa segala umur
bisa terhisap oleh lamur mata yang tak pernah memberi kepuasan;
Memasang bubu di seberang ulu, aku sebenarnya menanti ibu kembali
mengajarkan hal yang kusia-siakan selama hidup tanpa
kepulangan.

Comments

Popular Posts